Follow Me @lisna_dwi

September 04, 2016

Cara Jitu Menyiapkan Pendidikan Anak Di Era Globalisasi



Assalamu'alaikum wr wb,

Jadi orang tua itu ngga ada sekolahnya. 

Kata-kata itu dari dulu sering saya dengar, saya baca dan ketika saya punya anak saya alami sendiri. Berbagai macam teori dan pengetahuan soal parenting yang saya pernah baca atau dengar terkadang tidak sama penerapannya ketika saya menghadapi situasi dalam kehidupan saya sehari-hari. Salah satu contoh paling sederhana adalah teori yang mengatakan jangan terlalu sering menggunakan kata jangan, tidak boleh, no, dan kata larangan sejenis. Ya ampun susah sekali menerapkannya buibu pakbapak. Bahkan sekarang anak saya lagi suka banget pakai kata JANGAN. Iya seriusan kata jangan dengan huruf kapital. Karena dalam konteks yang beda pun, dia tetap aja lantang bilang JANGAN. Huhuhu..


Naya yang sedang suka bilang JANGAN. :'D

Lain lagi soal tumbuh kembang si kecil. Here is another challenge. Saya sejujurnya dalam tahap galau saat ini, karena saya ingin sekali memasukan Naya anak saya ke playgroup. Bukan karena saya ngotot ingin anak saya sekolah, sama sekali bukan. Tapi saya ingin anak saya bersosialisasi dengan teman sebayanya, bukan hanya sama mbak, nenek atau tantenya. Ingin ia bisa belajar lebih mandiri. Saya sadar banget di usianya yang mau 3 tahun Naya belum lancar berbicara, kalo ditanya belum mau menjawab bahkan untuk pertanyaan se-simple, "Siapa namanya?" Padahal di lain kesempatan dia sering bercermin dan kemudian bicara sendiri, "Hai, aku naya. Apa kabar?" Tapi kalo ditanya secara spontan, dia ngga mau jawab. :'(

Kemudian ditambah dilema memberikan tontonan DVD/TV ataupun gadget. Karena masalah yang Naya alami saat ini seringkali divonis orang akibat saya dan suami terlalu sering memberikan tontonan DVD, TV ataupun gadget pada anak kami. We allow her but we also limit the time, we assist her.

Naya sudah bisa memilih aplikasi youtube dan mencari video favoritnya >_<

Yes I am a working mom and sometimes I'm easily blamed for what happens to my child. *cry*

Di tengah kegalauan saya, saya diundang oleh Kumpulan Emak2 Blogger dan Jiwasraya untuk menghadiri talkshow bertema "Persiapan Pendidikan Anak Menghadapi Persaingan Global". Narasumbernya ada 3 yaitu Bapak T. Guntur Priyonggodo, Kepala Cabang Jiwasraya, seorang psikolog bernama Mba Elizabeth T. Santosa dan Mba Mira Sahid founder KEB. Topik talkshow kali ini sangat relevan dengan saya, jadi saya memang berharap ada suatu pencerahan dalam mendidik si kecil. Acara berlangsung pada hari Minggu, 28 Agustus 2016 di Hongkong Cafe, Jakarta Pusat. Saya tidak sendiri, alhamdulillah ada Aie dan Sandra juga dalam event tersebut. Beberapa wajah pun sudah tak asing lagi, membuat saya semakin bersemangat meskipun saat itu sedang flu berat. Semoga ngga menularkan ke yang lain yaaa.. >_<


3 Emak yang pusing mikirin pendidikan anak, hahaha

Emak sibuk mendokumentasikan acara
Mak Nurul cantik sebagai MC

Setelah kenyang makan siang dan tenang karena sudah shalat zuhur, talkshow pun dimulai. MC cantik Mak Nurul Musyafirah memandu acara hari itu. Icebreakingnya langsung kuis lho, jadi melek deh semua emak-emak yang hadir, hihihi. Setelah itu Mak Icoel mewakili Emak2 Blogger memberikan kata sambutan untuk membuka sesi diskusi. Mba Mira yang pertama sharing soal pengalamannya dalam menghadapi kedua buah hatinya yang sering berganti-ganti minat dan keinginan. Hari ini minta didaftarin kursus A, lain waktu bosan dan minatnya berganti lagi. Bingung tuh kan pasti, ini minat yang beneran yang mana si. Padahal dana untuk membiayai hobi atau kursus anak ngga sedikit. Sedangkan biasanya yang disiapkan oleh orangtua adalah tabungan untuk pendidikan formal saja. Saat ini saya belum menghadapi persoalan yang dimiliki mba mira si, tapi mungkin beberapa tahun ke depan akan kebagian jatah juga, hehehe.

Mak Icoel memberikan sambutan pembuka
Mba Mira sharing soal pengalamannya mendidik sang buah hati

Mba Elizabeth T Santosa atau biasa disapa Mba Lizzie adalah seorang psikolog, dosen, penulis buku dan anggota Komisioner Komnas Anak Indonesia. Judul presentasi Mba Lizzie sangat menarik, " Smart Ways to Raise Children in 21th Century". Penting banget nih, apalagi saat ini kita sudah memasuki masa MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN, di mana persaingan SDM antar negara akan semakin tinggi. *lap keringet* Lalu, bagaimana orangtua bisa mendukung cita-cita anak? Menurut Mba Lizzie setidaknya ada 3 cara yang bisa dilakukan yaitu : mengindetifikasi potensi anak, mengarahkan & membina, dan memotivasi.

Mba Lizzie mulai memberikan pencerahan untuk para emak, hehehe

Pasti pada kenal sama Taylor Swift kan? Taylor Swift mempunyai orangtua yang cukup berada dan pasti mampu menyekolahkan dia sampai jenjang pendidikan yang tinggi. Tapi, dari kecil Tay sudah menyukai musik dan bisa dibilang memiliki bakat brilian dalam bidang musik. Kerjaannya sepulang sekolah adalah berlatih bermain musik dan menulis lagu. Jadi, Taylor Swift memilih tidak kuliah. Selepas high school, ia lebih memilih terbang ke Nashville untuk mendalami musik country. Dan terbukti di usianya yang masih muda, Taylor Swift sudah mencetak banyak lagu hits, puluhan penghargaan bergengsi dan penghasilan yang sangat besar tentunya.

Taylor Swift (image source)

Contoh lain yang diberikan oleh Mba Lizzie adalah pegolf Tiger Woods. Dari gambar bisa dilihat bahwa Tiger Woods sudah tampak mahir memegang stick golf bahkan dari usianya belum genap 2 tahun. *woot* Hingga kemudian prestasi demi prestasi berhasil diukirnya. Sampai hari ini, Tiger Woods masih menjadi pegolf papan atas dunia.  

Tiger Woods (image source)

Persoalan mengidentifikasi potensi anak ini sama halnya seperti yang dialami Mba Mira. Orangtua kadang masih saja kesulitan untuk menentukan mana minat anak yang paling dominan dan tahan lama. *semacam pakai pengawet* Lalu Mba Lizzie menggarisbawahi soal komitmen yang perlu dilakukan anak jika ingin permintaannya untuk mengikuti kursus atau sekolah dengan minat tertentu dipenuhi. Jadi, anak juga akan belajar untuk bertanggung jawab atas kegiatan yang dia lakukan sesuai dengan minat/hobinya tersebut. Lebih jauh Mba Lizzie mengatakan bahwa, orangtua harus siap untuk memfasilitasi anak tidak hanya dengan pendidikan formal. Kita jangan mengikuti jejak orangtua kita dulu yang hanya menggiring kita untuk sekolah di tempat dan jurusan yang mereka kehendaki. Jadi, memang sudah tanggung jawab orang tua untuk menyediakan dana/investasi bagi pendidikan non formal anak. Dan mendengar itu saya juga seperti merasa disentil si. Kalo memang mampu, ya harus juga menabung untuk kebutuhan pengembangan anak selain di sekolah. Okay noted.

Lalu apa yang bisa menjadi dasar orangtua untuk menentukan potensi anak? Mungkin teman-teman juga sudah pernah mendengar soal kecerdasam majemuk (Multiple Intelligence) yang digagas oleh Howard Gardner. Ada 8 kecerdasan yang dimiliki oleh tiap orang, yaitu seperti ilustrasi berikut :


Tiap individu memiliki 8 kecerdasan dalam dirinya yaitu kecerdasan linguistik, matematis-logis, visual spasial, kinestetik jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Hanya saja dominasinya berbeda-beda. Pada anak pun berlaku sama. Semua anak pada dasarnya cerdas, tapi belum tentu dominan di tiap jenis kecerdasan. Stereotype orang bahwa anak baru dibilang cerdas jika punya nilai akademis bagus bisa dibilang sudah out of date. Untuk dapat mengikuti perkembangan zaman, orang tua harus mampu mengenali apa saja yang jadi potensi anak, kemudian mengasahnya. Analogi yang diberikan Mba Lizzie saat itu menurut saya ngena banget. Ibaratnya pisau, yang diasah pasti bagian yang tajam, bukan bagian yang tumpul. Tousche! 



Membaca penjelasan dalam slide presentasi Mba Lizzie sudah langsung membuat saya langsung teringat pada Naya. Saat ini kecerdasan linguistik Naya masih perlu banyak stimulasi. Karena seperti curhatan saya di awal, kemampuan bicaranya belumlah terlalu lancar. Kegalauan saya seperti mendapat obat. Stimulasi yang bisa dilakukan antara lain : membacakan cerita secara berulang, mengajak ngobrol tentang apapun termasuk mendampingin saat ia bermain dan menonton, bermain puzzle kata, mengeja huruf dan kata-kata, menggunakan kalimat dan bahasa yang jelas, dan melatih anak untuk mendengarkan berbagai jenis kata misalnya lewat lagu. Satu lagi yang harus dilakukan yaitu mengurangi waktu anak menonton TV dan memegang gadget. Dan ya, bagian ini memang PR besar buat saya dan suami.






Yang perlu dingat adalah kecerdasan ini bukan hanya melibatkan kemampuan menghitung angka saja. Kemampuan untuk menggunakan logika atau akal sehat dengan baik juga termasuk di dalamnya. Misalnya si anak pandai merunut suatu cerita dan memaparkan sebab akibatnya dengan benar dan kritis. Untuk menstimulasinya agar lebih baik antara lain dengan : mengajak anak menghitung benda di sekelilingnya misal kancing pada bajunya, menyusun balok angka dengan berbagai warna dan ukuran, bermain mengumpulkan benda untuk dihitung, dipilih dan dikelompokan, atau bertanya pada anak mengenai jalan cerita buku yang sedang dibaca. Memanfaatkan gadget juga bisa dalam mengasah kemampuan logikanya, contohnya dengan bermain detektif-detektifan.



Bagi individu yang cerdas secara visual spasial, ia akan mampu mempersepsikan dunia visual maupun spasial dengan akurat. Jadi kalo buibu  sering nyasar walaupun sudah dipandu GPS ini saya banget, berarti fixed agak lemah untuk kecerdasan tipe ini, hahaha. Contoh lain adalah arsitek, ia sudah bisa membayangkan gedung yang akan ia bangun seperti apa dan tiap sudut ruangannya akan bagaimana, bahkan sampai materi pembentuk bangunannya. Cara menstimulasinya antara lain : mengajak anak bermain lego/building block, memberi mainan berbentuk geometris, mengajak anak menggambar/melukis. Kegiatan yang berhubungan dengan kecerdasan ini sangat disukai Naya. Jadi mungkin Naya punya potensi dalam bidang ini.






Kemampuan untuk menggunakan anggota tubuhnya dalam mengekspresikan ide maupun perasaannya. Anak dalam yang dominan dalam kecerdasan ini biasanya suka berolahraga, menyentuh benda untuk mempelajarinya, membuat prakarya dengan tangannya sendiri, menari atau tangkas dalam mengontrol gerakannya. Ini dia satu lagi kecerdasan yang saya lihat menonjol dari anak saya. Dia sangat suka bergerak, berlari, melompat, berenang, menari, bermain peran dan menyentuh segala macam barang yang ada di sekitarnya. Supaya lebih baik lagi, cara menstimulasinya antara lain : bermain play dough/lilin, mengajak berolahraga, menirukan gerakan hewan, mengajaknya menari mengikuti video musik atau bermain peran dalam drama.






Kecerdasan musikal bukan hanya sebatas pada kemampuan bernyanyi. Jika anak bisa memainkan musik tapi tidak pandai menyanyi, itupun bisa dibilang cerdas secara musikalitas. Atau ada juga yang pandai menari mengikuti ritme sebuah lagu. Yang lainnya mungkin hanya suka bermain musik dan hafal berbagai macam lagu. Untuk menstimulasinya antara lain : sering memutarkan lagu, memberikan permainan alat musik dan yang mengeluarkan lagu, mengajak anak bergerak mengikuti lagu/video musik, mengajak bernyanyi.



Salah satu indikasi anak memiliki kecerdasan interpersonal yang baik adalah jika ia bisa dengan mudah bermain dan berkomunikasi dengan siapa saja, bahkan dengan orang yang baru ditemui sekalipun. Biasanya si anak akan dengan mudah beradaptasi dengan orang-orang dan lingkungan. Tak heran kalo anak yang pandai secara interpersonal akan mempunyai banyak teman. Cara menstimulasi kecerdasan ini yaitu : sering mengajak anak bermain dengan teman sebaya, membiarkan anak main bersama teman tanpa didampingi, membiasakan anak ikut dalam kegiatan keluarga seperti arisan, bermain boneka atau figur miniatur, mengajarkan anak berbagi mainan/makanan kesukaan.


Naya senang mengatur sepupu-sepupunya saat bermain
Belajar jadi emak multitasking, hahaha



Individu dengan kecerdasan intrapersonal yang baik biasanya memiliki EQ yang tinggi. Karena mampu memahami diri sendiri dengan baik, sehingga tindakannya pun didasarkan pemahamannya tersebut. Biasa anak yang cerdas intra personalnya pandai membaca situasi dan dapat menentukan bagaimana dirinya harus merespon terhadap situasi tersebut. Kalo sudah dewasa nih, si anak biasanya sudah mempunyai tujuan tertentu dalam hidupnya. Cara menstimulasinya antara lain : meminta anak menuliskan perasaaannya dalam sebuah jurnal/diari, memotivasi anak untuk berani tampil di muka umum misal dalam perlombaan, atau menyediakan ruangan/sudut tersendiri untuk anak bermain. 

Ketika bermain sendirian, ini ternyata yang dilakukan di Ucul.


Satu lagi jenis kecerdasan yang saya amati dominan di Naya adalah kecerdasan naturalis. Anak yang dominan di kecerdasan ini biasanya pandai mengenali, mengategorikan spesies flora fauna di lingkungan sekitar. Ia biasanya suka bermain di alam atau luar ruangan. Di alam terbuka biasanya si anak akan senang memungut daun kering yang berguguran, dahan yang sudah kering atau sekedar berlari tanpa alas kaki. Contohnya waktu kami pulang kampung, tiap Naya melihat lapangan rumput yang luas, Naya dengan lancar menyebutkan binatang apa saja yang makan rumput. Ketika melewati hutan, dia langsung menyebut binatang apa saja yang ada di dalamnya. Saat melihat sungai, ia menyebutkan apa saja yang hidup di air dan bisa melakukan apa saja di sana. Cara menstimulasi kecerdasan ini antara lain : memberikan hewan peliharaan, ajak bermain di taman atau alam terbuka, mengunjungi kebun binatang atau peternakan, mengajak berkebun. 

Hobi Naya kalo jalan di BKT, memungut daun dan ranting kering. :))
Naya dan kucing peliharaan kami di rumah, Lilo

Ahhh makin lega ternyata memang anak saya menonjol di kecerdasan tertentu. Dan meski perlu dilatih di jenis kecerdasan lainnya, tapi ia menunjukkan kepandaian yang sangat baik di kecerdasan dominannya. *lap keringet* Nah ketika sudah mengenali apa saja potensi anak, tugas orangtua selanjutnya adalah mengarahkan, membina dan memotivasi. Tapi, tapi teringat problema Mba Mira juga yang bilang kalo menuruti keinginan anak untuk kursus ini itu biayanya ngga sedikit. Di sisi lain, Mba Lizzie juga bilang kalo orangtua sebaiknya memang tidak hanya menyiapkan tabungan untuk pendidikan formal saja. Mungkin untuk jenjang usia sekolah masih tertolong karena ada program wajib belajar sehingga sekolah negeri digratiskan. Lalu bagaimana untuk kuliah nanti? Eng ing eeeeng.. Pusing pala barbieee.. hahaha. Tabungan pendidikan mesti double dong yaaaah.. :)) Pas banget di sesi selanjutnya Pak Guntur dari Jiwasraya memaparkan sebuah produk yang bisa menjadi solusi bagi orang tua.

Pak Guntur sedang memberikan penjelasan mengenai Asuransi Jiwasraya
Perkiraan biaya kuliah. Pingsan dulu yuk, hahaha.

Biaya pendidikan Indonesia dan beberapa negara lain.

Sebelum memperkenalkan solusi yang bisa jadi penawar kegalauan akan dana pendidikan anak, Pak Guntur cerita sedikit soal Asuransi Jiwasraya ini. Asuransi Jiwasraya adalah satu-satunya asuransi plat merah, artinya dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. Dari info itu saja udah jadi lampu hijau tuh buat saya, inshaa Allah aman ya. Banyak juga yang tidak tau kalo Jiwasraya sudah ada dari abad ke-19. Yesss, dari zaman menir Belanda masih di Indonesia yaitu tahun 1859. Jadi 1859-2016 hitung sendiri ya berapa umurnya, hahaha. Kantor cabangnya tersebar di seluruh Indonesia, jadi ngga perlu takut tidak terlayani karena Jiwasraya bisa dibilang ada dimana-mana. Soal pembayaran juga jangan takut. Premi asuransinya bisa dibayarkan secara online atau melalui ATM. Proses klaim asuransi pun mudah dan ngga menyulitkan. Saat ini lebih dari 6 juta nasabah mempercayakan asuransinya pada Jiwasraya. Indikasi yang baik menurut saya karena berarti perusahaan ini sudah dipercaya oleh banyak orang.


Jaringan tersebar di seluruh Indonesia

Jiwasraya memang lahir dengan gagasan mulia, mendidik masyarakat merencanakan masa depan. Komitmen untuk menjadikan gagasan tersebut sebagai acuan dan panduan dalam menjalankan bisnisnya, membuat Jiwasraya sering menerima penghargaan baik dalam tingkat nasional maupun internasional. Dalam menjawab tantangan global, Jiwasraya sebagai sebuah perusahaan persero saat ini terus menata tiap sektor pelayanannya sehingga makin efisien dan efektif. Begitu pula dari sisi pengembangan produk. Oleh karena itu salah satu solusi yang dihadirkan Jiwasraya adalah JS Prestasi yang kemudian diterangkan lebih lanjut oleh Pak Guntur. JS Prestasi dibuat sangat fleksibel, orangtua bebas menentukan perencanaan finasialnya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan keinginan.




Terus, apa saja manfaat dari JS Prestasi ini? Ada banyaaak...
1. Perencanaan keuangan beasiswa yang fleksibel.
2. Mudah memilih manfaat sesuai dengan keinginan dan kemampuan.
3. Premi gratis setiap jatuh tempo tahapan.
4. Manfaat dana jenjang pendidikan dapat diambil 6 bulan sebelum ulang tahun polis sehingga dimungkinkan dapat digunakan pada saat dibutuhkan.
5. Pengembalian premi standard jika anak yang dibeasiswakan meninggal dunia.
6. Santunan 100% uang asuransi yang menaik 5% setiap tahun majemuk, jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi.
7. Santunan 200% uang asuransi yang menaik 5% setiap tahun majemuk jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi akibat kecelakaan.
8. Dibebaskan dari kewajiban pembayaran premi lanjutan jika tertanggung mengalami cacat tetap total.

Tentang manfaat produk lebih lengkap disajikan dalam ilustrasi berikut ini :

Manfaat produk bagian I

Manfaat produk bagian II

Manfaat produk bagian III

Manfaat produk bagian IV

Gimana? Masih penasaran dan ingin tau lebih lanjut? Teman-teman bisa langsung datang ke kantor pusat di lokasi berikut :

JL. Ir. H. Juanda No. 34
Jakarta Pusat 10120
Telp : (021)3845031

Atau, mau lebih praktis bisa telepon ke call centernya di :






Selain itu bisa juga mengunjungi website dan follow akun social media Jiwasraya di :
- Official website
- Twitter 
- Facebook

Setelah Mba Lizzie dan Pak Guntur selesai presentasi, ada banyak pertanyaan dari emak-emak yang hadir saat itu. Salah satu pertanyaan terpilih menjadi pertanyaan terbaik yaitu soal labilnya kedua anaknya yang sudah masuk bangku kuliah dan ABG, berganti minat bahkan penjurusan saat kuliah. Cara mengatasinya pertama adalah memberi contoh. Bagaimanapun anak akan meniru dan menjadikan orangtua sebagai role modelnya. Selain itu tanamkan komitmen dan konsekuensi atas keputusan yang dia pilih. Jangan segan juga memberikan reward jika ia mencapai suatu prestasi sehingga anak menjadi lebih termotivasi. Pertanyaan lainnya yang dipilih sebagai pertanyaan terbaik adalah apakah untuk anak di dalam kandungan sudah bisa didaftarkan atau belum. Walaupun belum bisa, tapi anak sudah bisa mulai dibeasiswakan dari usia sangat dini yaitu 3 bulan.

Emak dengan pertanyaan terbaik pilihan Mba Lizzie (maap maak pas merem >_<)

Emak dengan pertanyaan terbaik pilihan Pak Guntur

Hari itu saya belajar banyak soal cara jitu menyiapkan dana pendidikan anak di era globalisasi ini. Bukan hanya soal sekolah formal, tapi saya sebagai orang tua juga harus mampu mengenali potensi anak, membina dan mengarahkan lalu kemudian mensuportnya baik dalam bentuk material dan moral. I and my husband as parents are the real coaches. Dalam bentuk material harus seimbang antara pendidikan formal maupun non formal. Selain itu tabungan dana pendidikan berarti disiapkan untuk kedua jenis pendidikan tersebut. Dan JS Prestasi dari Asuransi Jiwasraya bisa jadi solusi yang tepat dan bebas galau. Fiuuuuuh, alhamdulillah.

Keceriaan lainnya adalah tentu saja banyaknya hadiah buat emak-emak yang hadir. Mulai dari kuis, penanya terbaik hingga jempol paling handal dalam live tweet, semua mendapat voucher belanja. Alhamdulillah ya maaak.. Terimakasih ya KEB dan Jiwasraya yang sudah memberikan kesempatan untuk hadir di acara kemarin. Sangat bermanfaat sekali buat saya yang sedang galau, hehehe. Sampai jumpa lagi maaaak.. :*

Jempol paling terampil siang itu jatuh pada Sandra, Aie dan Mak Amel, hahaha.

3 narsum kece hari itu. Thanks a lot ilmunyaaa.. 

Love you life. :D

Wassalamu'alaikum wr wb.  

39 comments:

  1. Setuju banget, emang nggak ada sekolahnya ya maaak. Sekolahnya ya paling dari seminar-seminar yang kita ikuti aja ya, sama pengalaman-pengalaman hidup. Hehe. Waaaaaah lengkap banget nih mak tulisannya. Juarak! :D Salam kenal ya mak Lisna,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal maaak. Iya bener makanya ikutan talkshow dan seminar parenting itu bagus banget buat nambah ilmu. Makasih udha mampir maaak..

      Delete
  2. eventnya bener2 seru ya mak, tp kita blm temu2 deh kayaknya, hehe.. Itu si kecil Naya lucu banget, smg minatnya konsisten ya mak, hihi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya maak, kemarin lagi flu berat, jadi ngga terlalu mingle kemana2, huhuhu. Semogabisa ketemu di lain kesempatan ya mak. Makasih maak, semoga konsisten iya mak.

      Delete
  3. Seru amat acaranya. Makasi dah jelasin lengkap banget tentang kecerdasan2nya Mba, aku jadi belajar untuk mendalami kecerdasan intrapersonal. Hihi. Kalau naturalis udah dr kecil, sayang aja skrg jarang ke alam. Huhu. Lah kok ikyt curhat.

    Btw si Ucul bener2 ucul banget ya. Tumbenan banyak nongol di sini. Hai Ucuul :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes kamu padahal udah sering human detox ya, jd makin canggih deh itu kecerdasan intrapersonalnya, hahaha. :P Makanya yuk jalan2 ke taman safari, hihihi. Iya stok foto ucul keluaar, hihihi. Hai tante niaa.. :*

      Delete
  4. waaa ada foto aku lagi kucel karena dari pagi udah mabok hihihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, tetep caem ah si bumil keceee.. :*

      Delete
  5. I feel yooouuuu.. Susahe punya anak bocil jaman sekarang... Rasanya sumbu sabar dikiiit banget hiks, apalagi mikirin biaya pendidikan huaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emberaaaan, stok sabar mesti segudang, hahaha. Mikirin pendidikan bikin mules san, hahaha.

      Delete
  6. Huaaaaaaa..
    Ini baru skema kuliah ya, secara skrg biaya SD-SMP-SMA itu g kalah gede dr universitas.
    nabuuuung yuk nabuuuunggggg!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener banget myriaaa.. Mari menabuuung..

      Delete
  7. Duh Naya lucu amat ekspresinyaaa😍 minatnya Naya udah mulai keliatan ya mba dari kecil. Semangat mba Lisna dalam mendampingi Naya hihi ditunggu sharing parenting berikutnya😘

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mamaci retnooo.. Iyes retno, makasiiih, semangat semangaaat.. :D

      Delete
  8. Wah hana ngga nyangka mba lisna jadi mudah merasa bersalah karena jadi working mom.. Puk puk mba lisna..
    Infonya lengkap sekali mba.. Hana baru jiwasraya sudah ada dari abad ke-19 :) makasih mba infonya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mamaci lho pukpuknyaa..hihihi. Iya feeling guilty udah pasti neng, huhuhu. Sama2 hana, semoga bermanfaat.

      Delete
  9. Itung2 biaya investasi maak Lisnaa.. buntut sudah 2.. langsung puyeng sayahh :D Bismillah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya apalagi kamoh yang buntutnya udah dua yaaaa, hahaha.

      Delete
  10. Anonymous10:22 AM

    coba itu si ucul kopdar lagi sama Darell *modus* hehehhehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap kejar-kejar naya ya darell, hahaha.

      Delete
  11. Naya bia apa aja.. hiii gemes.... acaranya seru juga... makasi sharing ilmunya... titip kecup buat naya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya neng mirnaa.. Ditangkep kecupannya, hihihi. Makasiih..

      Delete
  12. Bu lizzie bilang dari 8 kecerdasan .. anak biasanya punya 1-2 kecerdasan yang menonjol... semangat ya mak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener mak, alhamdulillah eye opening banget. Makasih maaak. Semangat juga yaa.. :D

      Delete
  13. Duhh lucunya anak gadis dandan di depan kaca *kayak Kezia oprek alat dengdong eike.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Niru emaknya deh itu pasti, hahahaha.

      Delete
  14. tiap anak punya kecerdasan yang beda2 ya rupanya. musti lebih peka nih sama anak2 : )

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener harus lebih peka supaya potensinya bisa berkembang dengan maksimal. :D

      Delete
  15. Hihi acara kemarin seru banget ya mak, emak emak bingits... Kalau gak di stop acaramya mungkin akan berlanjut sampe malam ya hehhehe secara ngomongin masa depan anak 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Topiknya relevan banget soalnya yaaa..

      Delete
  16. Wah sist bacanya seru banget macem story telling hehe. Banyak bgt manfaat yg aku dapetin baik teori ataupun praktek nyatanya.

    Jadi makin terbuka yah kalo #bedaanakbedapintar wqwqwq iklan ;p

    mamacih pencerahannya pagi2 gini baca ginian jadi adem *eyaa* hahaha :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga bermanfaat ya story tellingnyaaa,hahaha. Mamaci lho bayiii.. :* Banyak bergaul sama emak2 jd banyak dpt ilmu parenting bekal nanti yaaa,hahaha.

      Delete
  17. Bahas soal anak seru banget emang. Dan kita pasti akan slalu terkejut2 tau kalo ilmu parenting kita masih semunil ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya dan slalu ada angle baru dan ilmu baru maaak..

      Delete
  18. Mama....ya ampun Naya ucul banget sih :D
    Pendidikan anak emang mahal sekarang, gie jadi terpacu menabung sejak dini. Btw, mendidik anak di generasi Z ini emang beda ya mam....didikan antara gie sama mama gie aja udah beda, Bismillah deh *ketjup*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mamaci tante anggiieee.. :* Iyes usahakan punya bekal dari jauh2 hari. Mamaci neng anggie. :*

      Delete
  19. Tulisannya detail dengan bahasa yang mudah dipahami ditambah cerita dan contoh salah satu kecerdasan yg naya miliki, pantes jadi juarak yaa :)
    Selamat yaa mba, smoga makin menginspirasi tulisannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih ya neng. Semoga bisa berguna bagi yang baca. Aamiin, smoga bisa menginspirasi. :D

      Delete